SERBA-SERBI :

Biografi Ki Hajar Dewantara (Tokoh Nasionalisme)

Ditulis oleh Andre pada hari Kamis, 09 Februari 2012 | 13.59


Biografi Ki Hajar Dewantara - Ki Hajar Dewantara adalah salah satu tokoh nasionalisme ketika memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Beliau lahir di Yogyakarta pada tanggal 2 Mei 1889, lalu diberi nama Raden Mas Soewardi Soeryaningrat. Ketika genap berusia 40 tahun (berdasarkan perhitungan tahun Caka) berganti nama menjadi Ki Hadjar Dewantara. Sejak saat itu, ia tidak lagi menggunakan gelar kebangsawan di depan namanya, agar ia dapat bebas dekta dengan rakyat, baik secara fisik maupun hati.

Perjalanan hidup Ki Hajar Dewantara benar-benar penuh perjuangan dan pengabdian demi kepentingan bangsa dan negara Indonesia. Ia sukses menamatkan Sekolah Dasar di ELS (Sekolah Dasar Belanda). Lalu ia sempat melanjutkan pendidikan ke STOVIA (Sekolah Dokter Bumiputra), tetapi tidak sampai tamat karena ia sakit. Kemudian beliau pun bekerja sebagai seorang wartawan di beberapa surat kabar, antara lain Sedyotomo, De Express, Oetoesan Hindia, Midden Java, Kaoem Moeda, Tjahaja Timoer dan Posera. Di masanya, ia tergolong sebagai penulis yang sangat handal. Tulisan-tulisannya sangat komunikatif, tajam dan patriotik sehingga mampu membangkitkan semangat antikolonial/anti penjajahan bagi pembacanya.

Tidak hanya ulet sebagai seorang wartawan muda, beliau juga selalu aktif dalam organisasi sosial dan politik. Pada tahun 1908, ia aktif di seksi propaganda Boedi Oetomo untuk mensosialisasikan dan menggugah kesadaran masyarakat Indonesia pada saat itu tentang pentingnya persatuan dan kesatuan dalam berbangsa dan bernegara.

Lalu, bersama 2 orang sahabatnya Douwes Dejjer (Dr. Danudirdja Setyabudhi) dan dr. Cipto Mangoenkoesoemo, Ki Hajar mendirikan Indische Partij (partai politik pertama yang beraliran nasionalisme di Indonesia), tepatnya pada tanggal 25 Desember 1912 yang bertujuan untuk mencapai Indonesia merdeka.

Mereka berusaha mendaftarkan organisasi ini untuk memperoleh status badan hukum pada pemerintah kolonial Belanda. Tetapi pemerintah kolonial Belanda melalui Gubernur Jendral Idenburg berusaha menghalangi kehadiran partai ini dengan menolak pendaftaran itu pada tanggal 11 Maret 1913. Alasan penolakannya adalah karena organisasi ini dianggap dapat membangkitkan rasa nasionalisme rakyat dan menggerakan kesatuan untuk menentang pemerintah kolonial Belanda.

Kemudian setelah ditolaknya pendaftaran status badan hukum Indische Partij ia pun ikut membentuk Komite Bumipoetra pada November 1913. Komite itu sekaligus sebagai komite tandingan dari Komite Perayaan Seratus Tahun Kemerdekaan Bangsa Belanda. Komite Boemipoetra itu melancarkan kritik terhadap Pemerintah Belanda yang bermaksud merayakan seratus tahun bebasnya negeri Belanda dari penjajahan Prancis dengan menarik uang dari rakyat jajahannya untuk membiayai pesta perayaan tersebut.

Sehubungan dengan rencana perayaan itu, ia pun mengkritik lewat tulisan berjudul Als Ik Eens Nederlander Was (Seandainya Aku Seorang Belanda) dan Een voor Allen maar Ook Allen voor Een (Satu untuk Semua, tetapi Semua untuk Satu Juga). Tulisan Seandainya Aku Seorang Belanda yang dimuat dalam surat kabar de Expres milik dr. Douwes Dekker itu antara lain berbunyi:

"Sekiranya aku seorang Belanda, aku tidak akan menyelenggarakan pesta-pesta kemerdekaan di negeri yang kita sendiri telah merampas kemerdekaannya. Sejajar dengan jalan pikiran itu, bukan saja tidak adil, tetapi juga tidak pantas untuk menyuruh si inlander memberikan sumbangan untuk dana perayaan itu.

Pikiran untuk menyelenggarakan perayaan itu saja sudah menghina mereka dan sekarang kita garuk pula kantongnya. Ayo teruskan penghinaan lahir dan batin itu! Kalau aku seorang Belanda. Apa yang menyinggung perasaanku dan kawan-kawan sebangsaku terutama ialah kenyataan bahwa bangsa inlander diharuskan ikut mengongkosi suatu pekerjaan yang ia sendiri tidak ada kepentingannya sedikitpun".

Akibat karangannya itu, pemerintah kolonial Belanda melalui Gubernur Jendral Idenburg menjatuhkan hukuman tanpa proses pengadilan, berupa hukuman internering (hukum buang) yaitu sebuah hukuman dengan menunjuk
Share this article :

Artikel Terkait:

0 komentar:

Posting Komentar

 
Copyright © 2011. Galeri Bocah - by Andry Andreas Panggabean | Blog Belajar SEO | Optimasi Blog di Google
Template Modify by Creating Website Inspired Wordpress Hack
Proudly powered by Blogger