SERBA-SERBI :

Misteri Dibalik Pembangunan Candi Borobudur

Ditulis oleh Andre pada hari Senin, 13 Februari 2012 | 20.49

Sobat tahu candi Borobudur? Pasti tahu dong :) Candi Borobudur yang terkenal sebagai salah satu dari 7 Keajaiban Dunia ini memang sangat menarik perhatian banyak orang diseluruh dunia. Oleh sebab itu tak heran jika Candi Borobudur tidak hanya menjadi tempat beribadah umat Budah, tapi juga telah menjadi tempat wisata. Namun tahukah sobat, ternyata terdapat Misteri Dibalik Pembangunan Candi Borobudur?

Candi Borobudur sudah menjadi situs warisan dunia oleh UNESCO. Kemegahan Candi Borobudur akan membuat semua orang takjub. Akan tetapi, tahukah Anda bagaimana Candi Borobudur dibangun dan ajaran di dalamnya?

Candi Borobudur adalah Candi Buddha terbesar yang dibangun pada abad ke-8 oleh Raja Samaratungga dari Dinasti Syailendra. Candi borobudur terletak di Magelang, atau sekitar 40 km dari Yogyakarta. Bagi para traveler, Candi Borobudur adalah objek wisata yang menarik dan unik. Selain mengagumi arsitekturnya, Candi Borobudur adalah tempat yang sempurna untuk melihat sunrise dan sunset.

Candi Borobudur didirikan di atas bukit dan memiliki luas 123 x 123 meter persegi. Dengan total tinggi candi 34,5 meter, tidak heran UNESCO menyabetnya sebagai warisan dunia. Candi ini memiliki 1 stupa induk, 72 stupa terawang dan 504 patung Budha. Selain itu, ada ribuan relief yang tersusun dalam panel-panel di Candi Borobudur, yang menggambarkan kisah, agama, atau pun sejarah dari masa lampau.

Candi Borobudur memiliki 10 tingkat dan 3 tingkatan dari ajaran agama Buddha. 3 tingkatan tersebut yakni, tingkatan pertama Kamadhatu atau dunia nafsu. Di tingkatan ini manusia masih dipengaruhi oleh nafsu dan hal-hal negatif. Tingkatan kedua, Rupadhatu atau dunia terbentuk, yang artinya manusia telah mampu mengendalikan dirinya dari segala nafsu. Tingkatan terakhir, Arudaphatu atau dunia tanpa bentuk, yang berarti, manusia tidak lagi mengejar keinginan-keinginan manusiawi.

Konon, Candi Borobudur dibangun selama lebih dari 50 tahun! Arsitek yang merancangnya adalah Gunadharma. Dibutuhkan lebih dari 2 juta balok batu vulkanik untuk membangun Candi Borobudur. Batu-batu tersebut, diambil dari sungai yang berada di sekitar Candi Borobudur. Uniknya, saat itu mereka tidak menggunakan lem perekat, semen, atau sejenisnya. Teknik yang menarik untuk mengunci bebatuan tersebut menjadi rekat dan tahan selama berabad-abad adalah 'Kunci L'.

Perhatikanlah setiap pijakan Anda di Candi Borobudur. Bebatuannya tidak berbentuk seperti keramik yang tersusun kotak-kotak. AKan tetapi, bebatuannya membentuk huruf 'L'. Sebuah metode luar biasa yang telah ditemukan berabad-abad silam.

Tanah sebagai pondasi Candi Borobudur dibagi menjadi 2, yaitu tanah asli dan tanah urug atau buatan. Pembuatan tanah urug disesuaikan dengan bentuk candi. Perhitungan setiap inci pembangunan candi pun dilakukan dengan tepat dan akurat. Maka dari itu, Gunadharma bisa dibilang sebagai arsitek yang handal sekaligus ilmuwan fisika yang jenius.

Ada yang mengatakan, pembuatan Candi Borobudur dibantu oleh mahluk luar angkasa atau alien. Akan tetapi, pembuatan Candi Borobudur lebih mengarah kepada ilmu pengetahuan yang menakjubkan. Teknologi pembuatan Candi Borobudur di masa lampau, menjadi bukti betapa hebatnya bangsa ini.

Dengan beberapa catatan dan referensi yang terbatas, saya coba menganalisis dan sedikit menguak tabir misteri pembuatan candi ini yang ternyata tidak perlu di-misteri-kan!

Desain Candi

Candi Borobudur memiliki struktur dasar punden berundak, dengan enam pelataran berbentuk bujur sangkar, tiga pelataran berbentuk bundar melingkar dan sebuah stupa utama sebagai puncaknya. Selain itu tersebar di semua pelatarannya beberapa stupa.
Candi Borobudur didirikan di atas sebuah bukit atau deretan bukit-bukit kecil yang memanjang dengan arah Barat-Barat Daya dan Timur-Tenggara dengan ukuran panjang ± 123 m, lebar ± 123 m dan tinggi ± 34.5 m diukur dari permukaan tanah datar di sekitarnya dengan puncak bukit yang rata.

Candi Borobudur juga terlihat cukup kompleks dilihat dari bagian-bagian yang dibangun. Terdiri dari 10 tingkat dimana tingkat 1-6 berbentuk persegi dan sisanya bundar. Dinding candi dipenuhi oleh gambar relief sebanyak 1460 panel. Terdapat 504 arca yang melengkapi candi.

Material Penyusun Candi
Inti tanah yang berfungsi sebagai tanah dasar atau tanah pondasi Candi Borobudur dibagi menjadi 2, yaitu tanah urug dan tanah asli pembentuk bukit. Tanah urug adalah tanah yang sengaja dibuat untuk tujuan pembangunan Candi Borobudur, disesuaikan dengan bentuk bangunan candi.
Menurut Sampurno Tanah ini ditambahkan di atas tanah asli sebagai pengisi dan pembentuk morfologi bangunan candi. Tanah urug ini sudah dibuat oleh pendiri Candi Borobudur, bukan merupakan hasil pekerjaan restorasi. Ketebalan tanah urug ini tidak seragam walaupun terletak pada lantai yang sama, yaitu antara 0,5-8,5 m.

Batuan penyusun Candi Borobudur berjenis andesit dengan porositas yang tinggi, kadar porinya sekitar 32%-46%, dan antara lubang pori satu dengan yang lain tidak berhubungan.
Kuat tekannya tergolong rendah jika dibandingkan dengan kuat tekan batuan sejenis. Dari hasil penelitian Sampurno (1969), diperoleh kuat tekan minimum sebesar 111 kg/cm2 dan kuat tekan maksimum sebesar 281 kg/cm2. Berat volume batuan antara 1,6-2 t/m3.

Misteri Cara Membangun Candi
Data mengenai candi ini baik dari sisi design, sejarah, dan falsafah bangunan begitu banyak tersedia. Banyak ahli sejarah dan bangunan purbakala menulis mengenai keistimewaan candi ini.
Hasil penelusuran data baik di buku maupun internet, tidak ada satupun yang sedikit mengungkapkan mengenai misteri cara pembangunan candi. Satu-satunya informasi adalah tulisan mengenai sosok Edward Leedskalnin yang aneh dan misterius.
Dia mengatakan “Saya telah menemukan rahasia-rahasia piramida dan bagaimana cara orang Mesir purba, Peru, Yucatan dan Asia (Candi Borobudur) mengangkat batu yang beratnya berton-ton hanya dengan peralatan yang primitif.”
Edward adalah orang yang membangun Coral Castle yang terkenal. Beberapa orang lalu memperkirakan bagaimana cara kerja dia untuk mengungkap misteri tentang pengetahuan dia bagaimana bangunan purba dibangun.
Akhirnya didapat foto yang berhasil diambil pada waktu Edward mengerjakan Coral Castle menunjukkan bahwa ia menggunakan cara yang sama yang digunakan oleh para pekerja modern, yaitu menggunakan prinsip yang disebut block and tackle.
Beda Coral Castle beda pula Candi Borobudur. Coral Castle masih menungkinkan menggunakan Block dan Tackle. Untuk Candi Borobudur rasanya block dan tackle pun masih belum ada. Lalu bagaimana sebenarnya cara membuat Candi ini?.
Candi ini lebih bernilai dan terkenal bukan pada misteri-misteri yang berserakan, tapi candi ini memiliki nilai design aristektur dan teknik sipil serta kemampuan manajemen proyek yang tinggi yang menunjukkan kemajuan pemikiran para pendahulu bangsa kita. Kita patut bangga!!! Mari bersama kita lestarikan Candi Borobudur :)
Share this article :

Artikel Terkait:

0 komentar:

Posting Komentar

 
Copyright © 2011. Galeri Bocah - by Andry Andreas Panggabean | Blog Belajar SEO | Optimasi Blog di Google
Template Modify by Creating Website Inspired Wordpress Hack
Proudly powered by Blogger